Imunisasi: Satu Konspirasi.
Jika kita melihat sejarah vaksin moden yang dilakukan oleh
Flexner Brothers, kita dapat menemukan kegiatan mereka dalam penelitian tentang vaksinasi pada manusia telah dibiayai oleh Keluarga
Rockefeller.
Rockefeller sendiri adalah salah satu keluarga Yahudi yang paling berpengaruh di dunia, dan mereka adalah bagian dari
Zionis Internasional. Dan kenyataannya, mereka adalah pengasas
WHO dan badan-badan strategik lainnya :
The UN’s WHO was established by the Rockefeller family’s foundation in 1948 – the year after the same Rockefeller cohort established the CIA. Two years later the Rockefeller Foundation established the U.S. Government’s National Science Foundation, the National Institute of Health (NIH), and earlier, the nation’s Public Health Service (PHS).~ (Dr. Leonard Horowitz, “WHO Issues H1N1 Swine Flu Propaganda”)
Jika dilihat dari latar belakang WHO, jelas bahwa vaksinasi moden
(imunisasi) adalah salah satu campur tangan (konspirasi) Zionisme dengan
tujuan untuk menguasai dan memperhambakan seluruh dunia dalam “
New World Order” mereka.
Apa Kata Para Akademik Tentang Vaksinasi?
“
Satu-satunya vaksin yang baik adalah vaksin yang tidak pernah digunakan.”~ Dr. James R. Shannon, mantan pengarah Institusi Kesihatan Nasional Amerika.
“
Vaksin menipu tubuh supaya tidak lagi menimbulkan reaksi radang. Sehingga vaksin mengubah fungsi pencegahan sistem imun.”~ Dr. Richard Moskowitz, Harvard University.
“
Kanser pada dasarnya tidak dikenali sebelum kewajiban vaksinasi
cacar mula diperkenalkan. Saya telah menghadapi 200 kes kanser, dan tak
seorang pun dari mereka yang terkena kanser itu tidak mendapatkan
vaksinasi sebelumnya.”~ Dr. W.B. Clarke, pengkaji kanser.
“
Ketika vaksin dikatakan selamat, keselamatannya adalah istilah relatif yang tidak dapat diertikan secara umum”.~ Dr. Harris Coulter, pakar vaksin.
“
Kes polio meningkat secara cepat sejak vaksin dijalankan. Pada tahun 1957-1958 peningkatan sebesar 50%, dan tahun 1958-1959 peningkatan menjadi 80%.”~ Dr. Bernard Greenberg, dalam sidang kongres AS tahun
1962.
“
Sebelum vaksinasi besar besaran 50 tahun yang lalu, di negara
itu (Amerika) tidak terdapat wabak kanser, penyakit autoimun, dan kes
autisme.”~ Neil Z. Miller, pengkaji vaksin.
“
Vaksin punca terhadap peningkatan jumlah anak-anak dan orang
dewasa yang mengalami gangguan sistem imun, hiperaktif, kelemahan daya
ingat, asma, sindrom keletihan kronik, lumpuh, artritis reumatiod,
sklerosis multiple, dan bahkan epilepsi. Bahkan AIDS yang tidak pernah
dikenali dua dekad lalu, menjadi wabak di seluruh dunia saat ini.”~ Barbara Loe Fisher, Presiden Pusat Informasi Vaksin Nasional Amerika.
“
Tak masuk akal memikirkan bahwa anda dapat menyuntikkan nanah ke
dalam tubuh anak kecil. Tubuh mempunyai cara pertahanan tersendiri yang
bergantung pada vitaliti ketika itu. Jika dalam keadaan sihat, tubuh
akan mampu melawan semua jangkitan, dan jika keadaannya sedang menurun,
ia tidak akan mampu. Dan anda tidak dapat mengubah kesihatan tubuh
menjadi lebih baik dengan memasukkan racun ke dalamnya.”~ Dr. William Hay, “Immunisation: The Reality behind the Myth”.
Dan masih banyak lagi pendapat ilmuwan yang lainnya.
Di
Jerman para pengamal perubatan menolak imunisasi
campak. Penolakan itu diterbitkan dalam “Journal of the American Medical
Association” (
20 Februari 1981) yang berisi sebuah
artikel dengan judul “Rubella Vaccine in Susceptible Hospital Employees,
Poor Physician Participation”. Dalam artikel itu disebutkan bahwa lebih
kurang 90% pakar obstetrik dan 66% pakar pediatrik menolak suntikan
vaksin rubella.
Apa rahsia di sebalik vaksin dan imunisasi?
Kandungan kimia berbahaya dalam vaksin.
Vaksin mengandung substansi berbahaya yang diperlukan untuk mencegah jangkitan dan meningkatkan keupayaan vaksin. Seperti
merkuri,
formaldehyde, dan
aluminium,
yang dapat membawa kesan jangka panjang seperti sakit mental, autisme,
hiperaktif. alzheimer, kemandulan, dll. Dalam 10 tahun ini, jumlah anak
autisme meningkat dari antara 200 – 500 % di setiap bagian di Amerika.
Babi dalam Vaksin.
Penggunaan asid amino binatang babi dalam vaksin bukanlah berita yang
baru. Malah kaum Muslim dan Yahudi banyak yang menentang hal ini karena
babi memang diharamkan, seperti dalil dalam Qur’an ayat berikut :
“
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging
haiwan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang
terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali
yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang
disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan
anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan.
Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan)
agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah
kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi
agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja
berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”Qur’an surah
Al-Maidah (5) ayat 3
Bahkan dalam Perjanjian Lama (Taurat) juga disebutkan :
“
Jangan makan babi. Binatang itu haram karena walaupun kukunya
terbelah, ia tidak memamah biak. Dagingnya tidak boleh dimakan dan
bangkainya pun tak boleh disentuh karena binatang itu haram.”
Imamat 11 : 7-8
Bencana akibat vaksin yang tidak pernah diberitakan.
• Di Amerika pada tahun
1991 – 1994 sebanyak 38.787 masalah kesihatan telah dilaporkan kepada
Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS)
FDA. Dari jumlah ini 45% terjadi pada hari vaksinasi, 20% pada hari
berikutnya dan 93% dalam waktu 2 minggu setelah vaksinasi. Kematian
biasanya terjadi di kalangan anak anak berusia 1-3 bulan.
• Pada
1986 ada 1300 kes pertussis di Kansas dan 90%
pesakit adalah anak-anak yang telah mendapatkan vaksinasi ini
sebelumnya. Kegagalan yang sama juga terjadi di Nova Scotia di mana
pertussis telah muncul sekalipun telah dilakukan vaksinasi universal.
•
Jerman mewajibkan vaksinasi tahun
1939. Jumlah kes diphtheria meningkat menjadi 150.000 kes, sementara pada tahun yang sama,
Norway yang tidak melakukan vaksinasi, kes diphtheria nya hanya sebanyak 50 kes.
• Penularan polio dalam skala besar, menyerang anak-anak di Nigeria
Utara berpenduduk muslim. Hal itu terjadi setelah diberikan vaksinasi
polio, sumbangan AS untuk penduduk muslim. Beberapa pemimpin Islam
tempatan menuduh kerajaan Nigeria bersubahat dengan Amerika untuk
membunuh orang-orang Muslim dengan menggunakan vaksin.
• Tahun
1989-1991 vaksin campak ”high titre” buatan
Yugoslavia Edmonton-Zagreb diuji pada 1500 anak-anak miskin keturunan
orang hitam dan latin, di Los Angeles, Mexico, Haiti dan Afrika. Vaksin
tersebut dicadangkan oleh WHO. Program dihentikan setelah di dapati
banyak anak-anak meninggal dunia dalam jumlah yang besar.
• Vaksin campak menyebabkan penindasan terhadap sistem ketahanan
tubuh anak-anak selama 6 bulan hingga 3 tahun. Akibatnya anak-anak yang
diberi vaksin mengalami penurunan ketahanan tubuh dan ramai yang
meninggal dunia berbanding penyakit-penyakit lain. WHO kemudian menarik
vaksin-vaksin tersebut dari pasaran di tahun
1992.
• Setiap program vaksin dari WHO dilaksanakan di Afrika dan
Negara-negara dunia ketiga lainnya, selalu saja ada jangkitan
penyakit-penyakit berbahaya di lokasi program vaksin dilakukan. Virus
HIV penyebab Aids diperkenalkan ketika program WHO bersama komuniti
homoseksual melalui vaksin hepatitis dan masuk ke Afrika Tengah melalui
vaksin cacar.
•
Disember 2002, Menteri Kesihatan Amerika, Tommy G.
Thompson menyatakan, tidak merancang memberi suntikan vaksin cacar. Dia
juga mencadangkan kepada anggota kabinet lainnya untuk tidak meminta
pelaksaanaan vaksin itu. Sejak vaksinasi diterapkan pada jutaan bayi,
banyak dilaporkan berbagai gangguan serius pada otak, jantung, sistem
metabolisme, dan gangguan lain mulai mengisi halaman-halaman jurnal
kesihatan.
• Vaksin untuk janin adalah punca encephalomyelitis, dengan indikasi
terjadi pembengkakan otak dan pendarahan di dalam. Bart Classen, seorang
doktor dari Maryland, menerbitkan data yang memperlihatkan bahawa kadar
penyakit diabetes berkembang secara signifikan di New Zealand, setelah
vaksin hepatitis B diberikan di kalangan anak-anak.
• Vaksin meningococcal merupakan ”Bom jangka bagi kesihatan penerima vaksin.”
• Anak-anak di Amerika Syarikat mendapatkan vaksin yang berpotensi
membahayakan dan dapat menyebabkan kerosakan yang kekal. Berbagai macam
imunisasi misalnya, Vaksin-vaksin seperti Hepatitis B, DPT, Polio, MMR,
Varicela (Cacar air) terbukti telah banyak mengorbankan anak-anak
Amerika sendiri, mereka menderita sakit saraf, anak-anak cacat,
diabetes, autisme, autoimun dan lain-lain.
• Vaksin cacar dipercayai boleh memberikan imunisasi kepada
masyarakat terhadap cacar. Pada saat vaksin ini dilancarkan, sebenarnya
kes cacar sudah sedang menurun. Jepun mewajibkan suntikan vaksin pada
1872. Pada
1892, ada 165.774 kes cacar dengan
29.979 berakhir dengan kematian walaupun adanya program vaksin.
• Pemaksaan vaksin cacar, dimana orang yang menolak boleh dijatuhkan hukuman, dilakukan di England tahun
1867.
Dalam 4 tahun, 97.5% masyarakat berusia 2 sampai 50 tahun telah
divaksinasi. Setahun kemudian England merasakan epidemik @ wabak cacar
terburuknya dalam sejarah dengan
44.840 kematian. Antara
1871 – 1880 kes cacar meningkat dari 28 menjadi 46 per 100.000 orang. Vaksin cacar tidak berhasil.
Mengapa vaksin gagal melindungi tubuh terhadap penyakit?
Walene James, pengarang buku Immunization: the Reality Behind The
Myth, mengatakan respon inflamatori penuh diperlukan untuk menciptakan
kekebalan nyata. Sebelum pengenalan vaksin cacar dan beguk, kes cacar
dan beguk yang menimpa anak-anak adalah kes tidak berbahaya. Vaksin
mengganggu tubuh sehingga tubuh kita tidak menghasilkan respon
inflamatory terhadap virus yang disuntik.
SIDS (Sudden Infant Death Syndrome) meningkat dari
0.55 per 1000 orang pada 1953 menjadi 12.8 per 1000 pada 1992 di
Olmstead County, Minnesota. Puncak kejadian SIDS adalah umur 2 – 4
bulan, waktu dimana vaksin mulai diberikan kepada bayi. 85% kes SIDS
terjadi di 6 bulan pertama bayi. Peratus kes SIDS telah naik dari 2.5
per 1000 menjadi 17.9 per 1000 dari 1953 sampai 1992. Peningkatan
kematian akibat SIDS meningkat pada saat hampir semua penyakit anak-anak
menurun karena kesedaran kebersihan dan kemajuan perubatan kecuali
SIDS. Kes kematian SIDS meningkat pada saat jumlah vaksin yang diberikan
kepada bayi naik secara meyakinkan menjadi 36 per anak.
Dr. W. Torch telah merekodkan 12 kes kematian pada anak-anak yang
terjadi dalam 3,5 – 19 jam selepas imunisasi DPT. Dia juga melaporkan 11
kes kematian SIDS dan satu yang hampir mati 24 jam selepas suntikan
DPT. Semasa dia mengkaji 70 kes kematian SIDS, 2/3 korban adalah mereka
yang baru divaksinasi mulai dari 1,5 hari sampai 3 minggu sebelumnya.
Tidak ada satu kematian pun yang dihubungkan dengan vaksin. Vaksin
dianggap hal yang mulia dan tidak ada berita negatif apapun mengenainya
di media utama karena ia begitu menguntungkan bagi perniagaan farmasi.
Ada alasan yang kukuh untuk percaya bahwa vaksin bukan saja tak
berguna dalam mencegah penyakit, tetapi ia juga kontraproduktif karena
melemahkan sistem ketahanan yang meningkatkan risiko kanser, penyakit
kurang ketahanan tubuh, dan SIDS yang menyebabkan cacat dan kematian.
Adakah imunisasi menurut Islam?
Ada! Bahkan Rasulullah sendiri yang mengajar dan mencadangkannya.
Imam Bukhari dalam Shahih-nya men-takhrij hadits dari Asma’ binti Abi Bakr:
Dari Asma’ binti Abu Bakr bahwa dirinya ketika sedang mengandung Abdullah ibn Zubair di Mekah mengatakan, “
Saya
keluar dan aku sempurna hamilku 9 bulan, lalu aku datang ke Madinah,
aku turun di Quba’ dan aku melahirkan di sana, lalu aku pun mendatangi
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, maka beliau Shalallaahu alaihi
wasalam menaruh Abdullah ibn Zubair di dalam kamarnya, lalu beliau
Shalallaahu alaihi wasalam meminta kurma lalu mengunyahnya, kemudian
beliau Shalallaahu alaihi wasalam memasukkan kurma yang sudah lumat itu
ke dalam mulut Abdullah ibn Zubair. Dan itu adalah makanan yang pertama
kali masuk ke mulutnya melalui Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam,
kemudian beliau men-tahnik-nya, lalu beliau Shalallaahu alaihi wasalam
pun mendo’akannya dan mendoakan keberkahan kepadanya.
Dalam shahihain -
Shahih Bukhari dan Muslim- dari Abu Musa Al-Asy’ariy, “
Anakku
lahir, lalu aku membawa dan mendatangi Rasulullah Shalallaahu alaihi
wasalam, lalu beliau Shalallaahu alaihi wasalam memberinya nama Ibrahim
dan kemudian men-tahnik-nya dengan kurma.” dalam riwayat Imam Bukhari ada tambahan: “
maka beliau SAW mendoakan kebaikan dan memdoakan keberkahan baginya, lalu menyerahkan kembali kepadaku.”
Bayi dilahirkan dalam keadaan kekurangan glukosa. Bahkan apabila
tubuhnya menguning, maka bayi tersebut dipastikan memerlukan glukosa
dalam keadaan yang cukup untuknya. Berat bayi saat lahir juga
mempengaruhi kandungan glukosa dalam tubuhnya.
Pada kes bayi pramatang yang beratnya kurang dari 2,5 kg, maka
kandungan zat gulanya sangat kecil sekali, dimana pada sebagian kes
malah kurang dari 20 mg/100 ml darah. Adapun anak yang lahir dengan
berat badan di atas 2,5 kg maka kadar gula dalam darahnya biasanya di
atas 30 mg/100 ml.
Kadar semacam ini berarti (20 atau 30 mg/100 ml darah) merupakan keadaan bahaya dalam ukuran kadar gula dalam darah.
Hal ini boleh menyebabkan terjadinya berbagai penyakit, seperti bayi
menolak untuk menyusu, otot-otot bayi lemah, aktiviti pernafasan
terganggu dan kulit bayi menjadi kebiruan, kontraksi atau kejang-kejang.
Kadang-kala boleh juga menyebabkan sejumlah penyakit yang berbahaya dan
lama, seperti insomnia, lemah otak, gangguan saraf, gangguan
pendengaran, penglihatan, atau kedua-duanya.
Apabila hal-hal di atas tidak segera diatasi atau diubati maka boleh
menyebabkan kematian. Padahal ubat untuk itu adalah sangat mudah, yaitu
memberikan zat gula yang berbentuk glukosa melalui infus, samada melalui
mulut, mahupun pembuluh darah.Majoriti atau bahkan semua bayi
memerlukan zat gula dalam bentuk glukosa seketika setelah lahir, maka
memberikan kurma yang sudah dilumat boleh menjauhkan sang bayi dari
kekurangan kadar gula.
Disunnahkan tahnik kepada bayi adalah ubat sekaligus tindakan
pencegahan yang memiliki fungsi penting, dan ini adalah mukjizat
kenabian Muhammad SAW secara perubatan dimana sejarah kemanusiaan tidak
pernah mengetahui hal itu sebelumnya, bahkan kini manusia tahu bahayanya
kekurangan kadar glukosa dalam darah bayi. Tahnik sebaiknya dilakukan
oleh orang-orang yang beriman kepada Allah, atau dapat pula dilakukan
ayah atau ibu sang bayi.
Imunisasi yang selama ini digembar-gemburkan oleh Zionis dapat
memberi masalah yang sangat serius bagi kehidupan penduduk dunia. Mereka
yang bertujuan untuk menjadikan bangsa lainnya berada di bawah
kekuasaan mereka dengan berbagai cara. Kini saatnya kita membuka mata
dan bertanya pada hati nurani kita dengan berbagai propaganda yang
mereka lakukan. Bahkan Allah telah menyuruh kita berhati-hati terdadap
berita dari mereka :
“
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya
yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”Qur’an surah
Al-Hujuraat (49) : 6
Bahaya Tersembunyi Dalam Vaksin
Apakah Vaksin Itu?
Vaksinasi telah menjadi tulang belakang kesihatan masyarakat sejak
dulu. Apabila penyakit berjangkit, vaksinasi muncul dalam benak kita. Ia
adalah suntikan kesihatan yang dianggap doktor (bahkan badan-badan
kesihatan negara) sangat penting sebagai pelindung dari serangan
penyakit.
Tujuan Vaksinasi adalah meniru proses penularan penyakit alami dengan
kaedah tiruan. Vaksin itu sendiri adalah suntikan yang mengandung
berbagai jenis racun yang dimasukkan ke dalam tubuh. Jika anda menyangka
vaksin dapat membasmi kuman atau bebas dari kuman, dugaan anda meleset.
Cara Membuat Vaksin
Vaksin dihasilkan dari kuman (atau bagian dari tubuh kuman) yang
menyebabkan penyakit. Sebagai contoh vaksin campak dihasilkan dari virus
campak, vaksin polio dihasilkan dari virus polio, vaksin cacar
dihasilkan dari virus cacar, dll. Perbezaannya terletak pada cara
pembuatan vaksin tersebut.
Terdapat 2 jenis vaksin, hidup dan mati. Untuk membuat vaksin hidup,
virus hidup dilemahkan dengan melepaskan virus ke dalam tisu organ dan
darah binatang (seperti ginjal monyet dan anjing, embrio anak ayam,
protein telur ayam dan itk, serum janin lembu, otak kelinci, darah babi
atau kuda dan nanah cacar lembu) beberapa kali (dengan proses bertahap)
hingga kurang lebih 50 kali untuk mengurangi potensinya.
Sebagai contoh virus campak dilepaskan kedalam embrio anak ayam,
virus polio menggunakan ginjal monyet, dan virus Rubela menggunakan
sel-sel diploid manusia (bagian tubuh janin yang digugurkan). Sedangkan
vaksin yang mati dilemahkan dengan pemanasan, radiasi atau reaksi kimia.
Kuman yang lemah ini kemudian dikuatkan dengan Adjuvan (perangsang
anti bodi) dan stabilisator (sebagai pengawet untuk mempertahankan
khasiat vaksin selama disimpan). Hal ini dilakukan dengan menambah ubat,
antibiotik dan bahan kimia beracun ke dalam campuran tersebut seperti:
neomycin, streptomycin, natrium klorida, natrium hidroksida, alumunium
hidroksida, alumunium fospat, sorbitol, gelatin hasil hidrolisis,
formaldehid, formalin, monosodium glutamat, pewarna merah fenol,
fenoksietanol (anti beku), kalium difospat, hidrolysate kasein pankreas
babi, sorbitol dan thimerosal (raksa). (Menurut
Pusat Pengawasan dan Pencegahan Penyakit (CDC) US juga menurut Psician’s Desk Reference).
Campuran virus atau bakteria, bahan kimia beracun dan bagian tubuh
binatang yang berpenyakit inilah yang disuntik ke dalam tubuh anak atau
orang dewasa ketika mendapatkan vaksinasi. Menurut CDC US, bahan
tambahan dicampurkan ke dalam vaksin untuk meningkatkan reaksi imun,
mencegah pencemaran mikrob dan memperkuat formula vaksin, serta untuk
memastikan vaksin tersebut stabil, bebas kuman dan aman. Namun benarkah
anggapan ini?
Bagaimana Vaksin Dihasilkan?
Macam-macam vaksin:
- Vaksin DPT (Difteria, Pertusis dan Tetanus)
- Vaksin DtaP (Difteria, Tetanus, dan Acellular Pertusis)
- Vaksin MMR (Campak, Beguk dan Rubela)
- Vaksin Polio hidup oral (OPV)
- Vaksin Polio tidak aktif (IPV)
- Vaksin Hepatitis B
- Vaksin Hib
- Vaksin Varicellazostrer (Cacar Air)
- Vaksin Cacar
Dalam buku The Consumer’s Guide to Childhood Vaccines, Barbara Loe
Fisher, pengasas dan presiden pusat informasi vaksin nasional (yang
didirikan untuk mencegah kerosakan tubuh dan kematian akibat vaksin
melalui pendidikan umum) menjelaskan proses pembuatan vaksin sebagai
berikut :
Vaksin Cacar : Perut anak lembu dicukur kemudian diberikan banyak
torehan pada kulitnya. Kemudian virus cacar dititiskan pada torehan itu
dan dibiarkan bernanah selama beberapa hari. Anak lembu tersebut
dibiarkan berdiri dengan kepala terikat supaya tidak dapat menjilat
perutnya. Kemudian anak lembu itu dikeluarkan dari kandang dan
dibaringkan di atas meja. Perutnya memburuk dan bernanah, nanahnya
diambil lalu dijadikan serbuk. Serbuk itu adalah bahan vaksin cacar,
virus yang kebetulan terdapat pada anak lembu itu terbawa ke dalamnya.
(Walene James, Pengarang Immunization: The Reality Beyond the Myth)
Reaksi Tubuh Terhadap Vaksin
Apabila ramuan vaksin tersebut memasuki aliran darah anak. Tubuhnya
akan segera bertindak untuk menyingkirkan racun tersebut melalui organ
ekresi atau melalui reaksi imun seperti demam, bengkak atau ruam pada
kulit. Apabila tubuh anak kuat untuk meningkatkan reaksi imun, tubuh
anak mungkin akan berhasil menyingkirkan vaksin tersebut dan mencegahnya
terjangkit kembali di masa yang akan datang. Akan tetapi jika tubuh
anak tidak kuat untuk meningkatkan reaksi imun, vaksin beracun akan
bertahan dalam tisu tubuh.
Timbunan racun ini dapat menyebabkan penyakit seperti diabetes pada
anak-anak, asma, penyakit neurologi, leukimia, bahkan kematian mendadak.
Ratusan laporan mencatat kesan sampingan jangka panjang yang buruk
berkaitan vaksin seperti penyakit radang usus, autisme, esenfalitis
kronis, skelerosis multipel, artritis reumatoid dan kanser. Sebagian
vaksin juga diketahui menyebabkan kesan sampingan jangka pendek yang
serius.
Pada
12 Julai 2002, Reuters News Service melaporkan
hampir 1000 pelajar sekolah dibawa ke hospital setelah disuntik vaksin
Ensefalitis di timur laut negara China. Para pelajar itu mengalami
demam, lemah, muntah dan dalam beberapa kes terkena serangan jantung
setelah divaksinasi.
Kerosakan Tubuh Akibat Vaksin
• Menurut analisa bebas dari data yang dikeluarkan Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS) di US, pada tahun
1996
terdapat 872 tragedi yang dilaporkan kepada VAERS, melibatkan anak-anak
dibawah 14 tahun yang disuntik vaksin Hepatitis B. Anak-anak tersebut
dibawa ke wad ICU hospital karena mengalami masalah kesihatan yang
mengancam nyawa. Sebanyak
48 anak dilaporkan meninggal setelah mendapatkan suntikan vaksin tersebut.
• Informasi kesihatan juga dipenuhi contoh yang mengaitkan vaksin
dengan timbulnya penyakit. Vaksin telah dikaitkan dengan kerosakan otak,
IQ rendah, gangguan konsentrasi, kemampuan belajar kurang, autisme,
neurologi.
• Vaksin beguk dan campak yang diberikan pada anak-anak misalnya
telah menyebabkan kerosakan otak, kanser, diabetes, leukimia, hingga
kematian (sindrom kematian bayi mendadak).
• Kajian tahun
1992 yang diterbitkan dalam The
American Journal of Epidemiology menunjukkan peningkatan kematian
anak-anak meningkat hingga 8 kali ganda pada jangka waktu 3 hari setelah
mendapat suntikan vaksin DPT.
• Kajian awal oleh CDC US mendapati anak yang menerima vaksin Hib
berisiko 5 kali lebih mudah mengidap penyakit tersebut dibandingkan
anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin tersebut.
• Pada tahun
1977, Dr Jonas Salk (Penemu vaksin
Polio salk) mengeluarkan kenyataan bersama ilmuan lain bahwa 87% dari
kes Polio yang terjadi sejak tahun
1970 adalah akibat dari vaksin Polio.
• Di US sebelum tahun
1980 terdapat 1 dari 10.000
anak menderita autisme. Pada tahun 2002 Institut Kesihatan Negeri US
mencatat peningkatan angka tersebut menjadi 250 dari 10.000. Kini
persatuan orang tua penderita autisme Amerika memperkirakan peningkatan
kes autisme ±
10% per tahun. Vaksin yang mengandungi raksa diyakini sebagai penyebabnya.
• Menurut Boyd Haley, pengurus program kimia Universiti Kentucky dan pakar logam beracun berkata ”
Thimerosal mampu meresap di protein otak, ia sangat beracun bagi saraf dan enzim” Haley pun terlibat dalam penelitian pada bulan Ogos tahun
2003,
mendapati banyaknya kandungan raksa pada penderita autisme, yang dapat
dianalisa melalui kadar raksa pada rambut mereka yang bermaksud etil
raksa dari thimerosal telah meresap ke dalam otak dan organ tubuh
lainnya sangat bepotensi menyebabkan kerosakan sistem saraf dan
mengganggu fungsi ginjal.
• Menurut San Jose Mercury News (
6 Julai 2002),
seorang dari sepuluh anak-anak dan remaja US mengalami kelemahan fizikal
dan mental, menurut pengamatan tahun 2000 terdapat pertambahan mendadak
angka kecacatan pada penduduk usia muda. Sedangkan pada tahun
sebelumnya data menunjukkan peningkatan kecacatan pada anak-anak.
• Sampai usia 2 tahun, anak-anak Amerika dilaporkan telah menerima
237 mikrogram raksa melalui vaksin. Kadar ini melebihi had yang
ditetapkan Organisasi Perlindungan Alam US yaitu 1/10 mikrogram per
hari.
• Sebuah penemuan di Amerika menunjukan bahwa vaksin Hepatitis B
mengandungi 12 mcg raksa (30 kali ganda dari had), DtaP dan Hib
mengandungi 50 mcg raksa (60 kali ganda dari had) dan Polio mengandungi
62,5 mcg raksa (78 kali ganda dari had).
• Di US hari ini kes asma, diabetes dan penyakit auto imun pada usia
anak telah meningkat 20 kali lganda dari tahun sebelumnya. Gangguan
konsentrasi telah meningkat 3 kali ganda.
• Setiap tahun
25.000 bayi Amerika mengalami
kematian mendadak. Vaksinasi adalah penyebab terbesar kematian mendadak.
Jepun telah meningkatkan usia penerima vaksin sehingga 2 tahun kemudian
angka kematian mendadak turun drastik di negara itu (Cherry, et al, 198
• Sweden menghentikan vaksinasi batuk kokol pada tahun
1979 karena
ternyata wabak penyakit ini terjadi pada anak-anak yang telah
mendapatkan vaksinasi. Setelah itu penyakit ini menjadi penyakit ringan
tanpa kes kematian. Hal ini secara nyata menunjukkan bahwa vaksin
sebenarnya menyebarkan penyakit.
• Pada tahun
1975, Jerman menghentikan kewajiban
vaksin Pertussis, dan jumlah anak yang mengalami penyakit itu turun
drastik. Pada tahun 2000 jumlahnya turun sampai 10%.
Bukti di atas menjadikan vaksinasi layak dipersoalkan. Fakta-fakta
menjelaskan bahwa vaksin tidak meningkatkan kesihatan anak-anak. Tetapi
anehnya vaksin terus-menerus dibuat dan diwajibkan kepada masyarakat.
Sarat Dengan Kimia Beracun
Dapat dikatakan semua jenis vaksin mengandungi racun. Dalam banyak
keadaan bahan tambahan vaksin (penguat, peneutral, pengawet dan agen
pembawa) jauh lebih beracun daripada komponen virus atau bakteria dalam
vaksin tersebut. Misalnya agen penyebab kanser iaitu formaldehid dan
thimerosal dapat merosakkan otak.
Tidak ada orang tua yang berfikir untuk memberi makan anaknya dengan
formaldehid (pengawet mayat), raksa atau alumunium fosfat. Akan tetapi
dengan suntikan vaksin bahan-bahan ini masuk secara langsung ke dalam
aliran darah.
Berikut adalah informasi mengenai risiko kesihatan yang ditimbulkan
oleh sebahagian bahan beracun utama dalam vaksin, yang disusun dari
berbagai sumber termasuk dari
Persatuan Pemerhati Vaksin Australia:
•
Alumunium: dapat meracuni darah, saraf,pernafasan,
mengganggu sistem imun dan saraf seumur hidup. Dinyatakan sebagai
penyebab kerosakan otak, hilang ingatan sementara, kejang dan koma.
(Catatan: dalam jumlah sedikit tidak beracun dan mungkin bermanfaat bagi
tubuh. Namun kadarnya dalam vaksin amat tinggi, sekitar 0,5%)
•
Ammonium Sulfat: dapat meracuni sistem pencernaan, hati, saraf dan sistem pernafasan.
•
Ampotericin B: Sejenis ubat yang digunakan untuk
mencegah penyakit kulit. kesan sampingannya adalah menyebabkan pembekuan
darah, bentuk sel darah merah menjadi tidak sempurna, masalah ginjal,
kelesuan dan demam dan alergi pada kulit.
•
Beta-Propiolactone: diketahui menyebabkan kanser, meracuni sistem pencernaan, hati, sistem pernafasan, kulit dan organ genital.
•
Kasein: pelekat yang kuat, sering digunakan untuk
melekatkan label pada botol. Walaupun dihasilkan dari susu, di dalam
tubuh kasein dianggap protein asing yang beracun.
•
Formaldehid: penyebab kanser. Bahan ini lebih berbahaya dibanding sebagian bahan kimia lain.
•
Formalin: Salah satu turunan dari formaldehid.
Formalin adalah campuran 37%-40% formaldehid, air dan biasanya 10%
metanol. Formalin adalah peringkat ke 5 dari 12 bahan kimia yang paling
berbahaya.(Enviromental Defense Fund, US)
•
Monosodium Glutamat (MSG): bagi orang yang alergi
pada MSG mungkin akan mengalami perasaan seperti terbakar di belakang
leher, lengan dan punggung atau mengalami sakit dada, sakit kepala,
lesu, denyut jantung cepat dan kesulitan bernafas. Menurut Badan
Pengawas Ubat dan Makanan (FDA) US, suntikan glutamate dalam haiwan
menyebabkan kerosakan sel saraf otak.
•
Neomycin: antibiotik ini mengganggu penyerapan vitamin B6. Kekurangan vitamin B6 dapat menyebabkan epilepsi dan cacat mental.
•
Fenol: digunakan dalam pembuatan disinfektan,
pewarna, industri farmasi, plastik dan bahan pengawet. Fenol dapat
menyebabkan keracunan sistemik, kelemahan, berpeluh, sakit kepala,
muntah-muntah, gangguan mental, syok, hipersensitif, kerosakan ginjal,
kejang, gagal jantung atau ginjal dan kematian.
•
Fenoksi Etanol (anti beku): menimbulkan bau badan tidak sedap, kerosakan pencernaan, kebutaan, koma dan kematian.
•
Polysorbate 20 dan
Polysorbate 80: bahan yang meracuni kulit atau organ genital.
•
Sorbitol: menyebabkan kerosakan sistem usus.
•
Thimerosal: merupakan unsur ke 2 yang paling
beracun kepada manusia setelah uranium. Dapat merosak otak dan sistem
saraf juga dapat membawa pada penyakit autoimun.
12 Hal Yang Harus Diperhatikan
1. Doktor tidak mampu menjamin keselamatan dan keberkesanan vaksin.
2. Keselamatan vaksin belum diuji dengan benar.
3. Vaksinasi didasarkan pada prinsip yang tidak kukuh, sehingga dapat dipersoalkan.
4. Vaksin mungkin tercemar.
5. Kesan sampingan jangka panjang yang serius.
6. Menimbulkan penyakit yang seharusnya dapat disembuhkan.
7. Tidak dapat melindungi dari penyakit menular.
8. Vaksin berhubungan dengan wabak penyakit.
9. Vaksin tidak dapat dipercayai – vaksin tidak menghalang terhadap penyakit tetapi menghalang terhadap kesihatan.
10. Doktor dan profesional kesihatan jarang melaporkan kesan buruk vaksin.
11. Doktor menolak vaksinasi.
12. Vaksinasi lebih mengutamakan keuntungan daripada mengubati.
Para Doktor dan Ilmuan Membantah Vaksinasi
• • “Terdapat banyak bukti yang menunjukkan imunisasi terhadap anak
lebih banyak merugikan dari pada manfaatnya.” (dr. J Anthony Morris,
mantan Ketua Pengawas Vaksin
• • “Ancaman terbesar serangan penyakit anak-anak datang dari usia
pencegahan yang tidak efektif dan berbahaya melalui imunisasi
besar-besaran.” (dr. R. Mendelsohn, Penulis (How to Raise A Healthy
Child In Spite Of Your Doctor dan Profesor Pediatrik).
• • “Semua vaksinasi berfungsi mengubah tiga situasi darah kepada
ciri-ciri kanser dan leukemia…Vaksin DO dapat menyebabkan kanser dan
leukemia.” (Profesor L.C. Vincent, penggagas Bioelektronika).
• • “Data rasmi menunjukkan vaksinasi berskala besar di US gagal
memberikan kemajuan yang signifikan dalam pencegahan penyakit yang
seharusnya dapat ia lindungi.” (dr. A. Sabin, pengembang vaksin Polio
Oral, dalam kuliahnya di hadapan doktor-doktor Itali di Piacenza, Itali,
7 Disember 1985).
• • “Selain telah nyata banyak kes kematian akibat program ini,
terdapat juga bahaya jangka panjang yang hampir mustahil diukur dengan
pasti…Terdapat sejumlah bahaya dalam seluruh prosedur vaksin yang
seharusnya mencegah penggunaan yang terlalu banyak atau tidak wajar.”
(Sir Graham Wilson dalam The Hazards of Immunization).
• • “Dengan mengenepikan fakta bahawa vaksin berpeluang besar
tercemar virus binatang yang dapat menyebabkan penyakit serius pada masa
depan. Kita harus mempertimbangkan apakah ada vaksin yang benar-benar
berfungsi sebagaimana tujuan asalnya.” (dr. W.C. Douglas dalam Cutting
Edge,
Mei 1990).
• • “Satu-satunya vaksin yang selamat adalah tidak menggunakannya
sama sekali.” (dr. James A. Shannon, Institut Kesihatan Nasional, US)
• • “Vaksinasi adalah produk kesalahan dan kebodohan yang tidak
dirancang dengan baik. Ia seharusnya tidak mendapat tempat dari segi
kebersihan mahupun perubatan. Vaksinasi tidak ilmiah, keyakinan yang
membawa maut dan mengakibatkan kesengsaraan yang berpanjangan.”
(Profesor Chas Rauta, Universiti Perugia, Itali di dalam New York
Medical Journal,
Julai 1899).
• • “Imunisasi terhadap cacar lebih berbahaya dari pada penyakit itu sendiri.” (Profesor Ari Zuckerman, WHO).
• • “Tidak ada satupun vaksin yang telah dibuktikan keselamatannya
sebelum diberikan kepada anak-anak.” (Pakar bedah umum, Leonard Scheele
di Konfrensi AMA, US
1955).
Vaksin Bukan Penyelamat
“
Ilmu perubatan menerima pujian yang berlebihan bagi sebahagian
kemajuan dalam bidang kesihatan. Ramai orang percaya keberhasilan dalam
menangani penyakit menular pada abad terakhir terjadi seiring dengan
penciptaan imunisasi. Sebenarnya, Kusta, Tifoid, Tetanus, Difteria,
Batuk kokol, dll telah menurun sebelum ditemukan vaksin untuknya – iaitu
merupakan hasil dari penjagaan kebersihan dan peningkatan kualiti
makanan serta air minum.”(Dr. Andrew Weil dalam Health and Healthy)
Bahaya IMUNISASI!
Imunisasi merupakan cara terbaik untuk melindungi anak dari berbagai
macam penyakit. Anda mendengar hal ini dari doktor, media massa, brosur
di klinik, atau rakan-rakan anda. Tetapi, apakah Anda pernah berfikir
kembali tentang tujuan imunisasi? Pernahkah anda meneliti lebih lanjut
terhadap isu-isu dan cerita mengenai sisi lain imunisasi (yang tidak
pernah dimaklumkan oleh doktor)?
Serangkaian imunisasi yang terus digiatkan hingga saat ini oleh
pihak-pihak yang katanya demi ‘menjaga kesehatan anak’, patut dikritik
dari segi kesihatan mahupun syariat. Teori pemberian vaksin yang
menyatakan bahwa “memasukkan bibit penyakit yang telah dilemahkan kepada
manusia akan menghasilkan pelindung berupa anti bodi tertentu untuk
menahan serangan penyakit yang lebih besar”. Benarkah?
Tiga Mitos Menyesatkan
Vaksin begitu dipercayai sebagai pencegah penyakit. Hal ini tidak
terlepas dari adanya 3 mitos yang sengaja disebarkan. Padahal, hal itu
berlawanan dengan kenyataan.
1. Effektif melindungi manusia dari penyakit.
Kenyataan: Banyak penelitian perubatan mencatat kegagalan vaksinasi.
Campak, beguk, polio, terjadi juga di pemukiman penduduk yang telah
diimunisasi. Sebagai contoh, pada tahun
1989, wabak
campak terjadi di sekolah yang mempunyai vaksinasi lebih besar dari 98%.
WHO juga menemukan bahwa seseorang yang telah divaksin campak,
mempunyai kemungkinan 15 kali ganda untuk mendapat penyakit tersebut
daripada yang tidak divaksin.
2. Imunisasi merupakan sebab utama penurunan jumlah penyakit.
Kebanyakan penurunan penyakit terjadi sebelum diperkenalkan imunisasi
secara menyeluruh. Salah satu buktinya, penyakit-penyakit berjangkit
yang boleh membawa maut di US dan England mengalami penurunan sebesar
80%, itu terjadi sebelum ada vaksinasi. The British Association for the
Advancement of Science menemukan bahawa penyakit anak-anak mengalami
penurunan sebesar 90% antara
1850 dan
1940, dan hal itu terjadi jauh sebelum program imunisasi diwajibkan.
3. Imunisasi benar-benar selamat bagi anak-anak.
Yang benar, imunisasi lebih besar bahayanya. Salah satu buktinya, pada tahun
1986,
kongres US membentuk The National Childhood Vaccine Injury Act, yang
mengakui kenyataan bahawa vaksin dapat menyebabkan cedera dan kematian.
Makhluk Mulia Vs Haiwan
Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Manusia merupakan khalifah di bumi, sehingga merupakan ashraful
makhluqaat (makhluk termulia). Mengingat keunggulan fizikal, kecerdasan,
dan jiwa secara hakiki, manusia mengungguli semua ciptaan Allah yang
ada. Manusia merupakan makhluk unik yang dilengkapi sistem ketahanan
alami yang berpotensi melawan semua mikrob, virus, serta bakteria asing
dan berbahaya.
Jika manusia menjalani hidupnya sesuai petunjuk syariat yang berupa
perintah dan larangan, kesihatannya akan tetap terjaga dari serangan
virus, bakteria, dan kuman penyakit lainnya.
Sedangkan orang-orang kafir, menganggap adanya kekurangan dalam diri
manusia sebagai ciptaan Allah, sehingga berusaha sekuat tenaga
memperkuat sistem pertahanan tubuh melalui imunisasi yang bercampur
najis dan penuh dengan bahaya.
Manusia merupakan makhluk yang punya banyak kelebihan. Terdapat
perbezaan yang ketara antara manusia dengan haiwan. Apa yang ada padanya
tidak cocok bagi haiwan, demikian juga sebaliknya. Namun, orang-orang
atheis menyamakan haiwan dengan manusia, sebab mereka menganut teori
evolusi manusia melalui kera yang sangat “menggelikan”.
Oleh karena itu, mereka percaya bahawa apa yang dimiliki haiwan dapat
dimasukkan ke dalam tubuh manusia. Jadi, sel-sel haiwan, virus,
bakteria, darah, dan nanah disuntikkan ke dalam tubuh manusia. Logik
setan ini adalah menjijikkan menurut Islam.
Imunisasi digembar-gemburkan sebagai suatu bentuk keajaiban
pencegahan penyakit, padahal faktanya cara itu tidak lebih hanya sebagai
projek penjana wang para doktor dan perniagaan farmasi. Dalam
kenyataannya, imunisasi lebih banyak menyebabkan bahaya kepada
kesihatan. Bahkan, mengganggu proses-proses alami yang ada dalam
ciptaan-Nya. Dengan paparan ini, orang tua mana yang berasa gembira dan
senang hati untuk memberikan imunisasi pada anaknya?